GAMBARAN UMUM KAB.SINJAI
Geografi dan Batas Admistrasi
Kab.Sinjai terletak di pantai jazirah timur provinsi
5'19'50' sampai 5'36'47' Lintang Selatan dan 199'48'30'
sampai 120'10'00' Bujur Timur.Luas Wilayahnya kurang
lebih 819,96 km2 Didiami oleh penduduk lebih kurang
202.557 jiwa Secara administrasi daerah ini memiliki batas
wilayah sebagai berikut:
-Sebelah Utara dengan Kab.Bone
-Sebelah Timur dengan Teluk Bone
-Sebelah Selatan dengan Kab.Bulukumba
-Sebelah Barat dengan Kab.Gowa
Fisiografi/Morfologi Wilayah
Keadaan Alam Kab.Sinjai terdiri atas 15% daratan
rendah dan 85% lebih berupah daerah perbukitan,
bergelombang hingga pegunungan, di mana sebelah
baratnya terdapat Gunung Bawakaraeng dan Gunung
Lompobattang.
Klimatologi.
Secara Klimatologi Kab.Sinjai terletak pada
posisi iklim timur,di mana musim basah (hujan) jatuh pada bulan
April sampai Okteber dan musim kering (kemarau) jatuh pada bulan
Okteber sampai April.
SEJARAH SINGKAT KAB.SINJAI
Kab.Sinjai mempunyai nilai sejarah tersendiri,
yang membedakannya dengan Kabupaten lain di Provinsi
Sulawesi Selatan.Sejarah daerah ini di awali dengan
terbentuknya Persekutuan kerajaan tellu limpo'e: Tondong,
Bulo-Bulo,Lamatti,serta persekutuan kerajaan Pitu Riwawo Bulu.
Sekalipun dulunya Kab.sinjai berupa Kerajaan namun
watak dan karakter warganya tetap tercermin dari adanya
system pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat.
Komunikasi politik melalui landasan tatanan kesopanan,
"SIPAKATAU" (Saling Menghormati),serta menjunjung nilai-nilai
dari konsep "SIRUI MENRE' TESIRUI NO' (Saling Menarik Keatas,
Pantang Saling Menarik Kebawah).
Sekalipun dari ketiga tersebut tergabung kedalam persekutuan
Kerjaan Tellu Limppo'e,namu pelaksanaan roda pemerintahan
tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa adanya
pertentangan dan peperangan yang terjadi di antara mereka.
Perseketuan Kerajaan Tellu Limppo'e kemudian membangun
sebuah Benteng pertahanan,yang di beri nama BENTENG BALANGNIPA
pada tahun 1557,guna mengantisipasi serangan dari luar.
POTENSI OBJEK WISATA
Kab.Sinjai memiliki potensi dan obyek-obyek parawisata
yang cukup besar untuk di kembangkan;potensi wisata budaya,
wisata alam agro,wisata bahari dengan terumbukarang dan pulau-pulau
kecilnya,serta wisata boga.
Pengembangan keparawisataan di Kab.Sinjai diarahkan untuk
memenfaatkan obyek dan daya tarik wisata dalam bentuk ke-
kayaan alam,flora dan fauna,seni budaya lokal (Tradisional),
dan situs-situs peninggalan sejarah kepurbakalaan.sehingga dengan
demikian,potensi wisata yang di miliki Kab.sinjai tidak kalah menariknya
dengan obyek wisata yang ada di tempat lain yang ada di Indonesia.
WISATA BUDAYA
Benteng Balangnipa
Terletak di kelurahan Balangnipa Kec.Sinjai Utara lebih
kurang 1 km dari pusat kota Sinjai.Benteng Balangnipa di bangun
pada tahun 1557 oleh persetujuan tiga kerajaan,yaitu:
Bulo-bulo,Tondong dan Lamatti,yang di kenal dengan
nama kerajaan Tellu limppo'e.
Pada awal pembangunanya,Benteng Balangnipa hanya
terbuat dari batu gunung yang di ikat dengan lumpur dari sungai
tangka dengan ketebalan dinding 'SIWALI REPPA' (Setengah depa).
Bentuk dan struktur bagunan benteng tersebut adalah segi empat dan
memiliki empat buah bastion (Pertahanan).
Ketika Belanda bermaksud menyerang dan menguasai Sinjai,Benteng
Balangnipa kemudian di jadikan sebagai benteng pertahanan guna
membendung serangan yang di lancarkan oleh Belanda dari teluk
Bone.
Perlawanan Raja-raja dari TELLU LIMPPO'E tersebut
dalam menentang agresi Belanda sangat dasyat sebagaimana dilukiskan
dalam sejarah RUMPA'NA MANGARABOMBANG atau perang
Mangarabombang melawan agresi Belanda tahun 1859-1961.
Karena kekuatan dan peralatang perang kerajaan TELLU LIMPO'E
tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh Belanda,Benteng Balangnipa
akhirnya berhasil di rebut oleh pasukan Belanda pada tahun 1859 melalui
perang MANGARABOMBANG.Setelah Belanda berkuasa diwilayah
persekutuan kerajaan TELLU LIMPPO'E (Kab.Sinjai Sekarang),
Benteng Balangnipa di pergunakan untuk membendung,baik serangan
dari orang-orang pribumi persekutuan Kerajaan TELLU LIMPPO'E
maupun serangan dari kerajaan lainya.
Pada tahun 1864 Benteng Balangnipa direnovasi oleh Belanda dengan
menggunakan sentuhan arsitektur eropa dan selesai pada tahun 1868 (Dengan-
Bentuk Seperti Sekarang).
Benteng Balangnipa hingga saat ini tetap terpelihara sebagai salah satu
situs peninggalan sejarah kepurbakalaan dan dipergunakan sebagai
Museum dan Pembinaan Budaya dan Arena Seni Budaya Tradisional.
Situs Peninggalan Batu Pake Gojeng
Terletak di Kelurahan Biringere Kec.Sinjai Utara lebih kurang 2 km
dari pusat Kota Sinjai.Batu Pake berarti batu yang di pahat ,sedang Gojeng
adalah nama tempat atau lokasi di mana batu pahat tersebut di temukan.
Di bawah batu pahat tersebut terdapat kuburan batu,sehingga masyarakat
setempat lebih mengenal lokasi tersebut sebagai kuburan batu.Ketika
dilakukan penggalian penyelamatan (Rescue Excavation) pada tahun 1982,
di kawasan Batu Pake Gojeng ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya
(BCB) bergerak seperti Keramik dan pecahan-pecahanya,yang diperkirakan
berasal dari Dinasti Ming,Fosil Kayu dan Peti Mayat.
Dari punyak bukit Batu Pake Gojeng ini anda dapat menyasikan pusat kota
Kab.Sinjai dengan panorama alam yang indah dilatar belakangi oleh hijaunya
pertumbuhan hutan bakau (Mangrove) di TONGKE-TONGKE dan deretan
pulau-pulau sembilan (Gugusan Pulau-pulau Kecil).
Rumah Adat Purba Karampuang
Terletak di Desa Tompubulu Kec.Bulupoddo lebih kurang 30 km dari
pusat Kota Sinjai.Karampuang adalah nama dari sebuah dusun/kampung yang
memiliki sejarah dan kebudayaan unik,yang keaslianya tetap di pelihara hingga
saat sekarang ini.Lokasi dan tempat bermukim para pendukung budaya KARAMPUANG
di anggap sebagai suatu wilayah Adat KARAMPUANG,di dalamnya berdiri dengan kokoh
dua buah rumah adat berarsitektur BUGIS KUNO.salah satunya didiami oleh TO MATOA
(Raja) dan yang satunya lagi didiami oleh GELLA (Kepala Pemerintahan Adat).
Rumah adat KARAMPUANG pada dasarnya menyimbolkan perempuan dengan
pola penbuatanya tetap bernuansa tradisional.Untuk merenovasi atau mengganti
salah satu tiang atau Alat-alat penting dari rumah adat tersebut,ramuan kayunya
harus di ambil dari dalam hutan kawasan adat,Kayu-kayu tersebut harus di tarik
dan di pantang sekali pikul.upacara pengangkutan kayu dari dalam hutan kekawasan
rumah adat dikenal dengan nama upacara adat MADDUI'K.
Bentuk ke unikan lainnya,terutama karena dalam wilayah adat KARAMPUANG
tersebut masih terdapat Perangkat-perangkat adat yang lengkap dan utuh,
yang masih tetap di pertahankan dan tetap berfungsi turun temurun hingga saat ini.
Kehidupan sosial masyarakatnya hingga saat ini masih tetap asli dan exis,sekalipun
sejak dari dahulu kala meraka tidak pernah menutup diri dari terpaan hembusan angin
keterbukaan zaman (Globasisasi).dari sepuluh LONTARAK (Naskah Tua)
yang masih dipegang oleh dewan adat KARAMPUANG mengambarkan,bahwa keberadaan
(Cikal Bakal) manusia pertama (TO MANURUNG) di Sinjai dan sekitarnya berasal dari
KARAMPUANG,yang di kenal dengan nama KARANGPULU'E.
sempat tersebut juga digambarkan sebagai tempat pertemuan antara KARAENG
(Makassar) dan PUANG (Bugis),sehingga tempat tersebut di beri nama KARAENG PUANG
yang akhirnya berasilimisasi menjadi KARAMPUANG.
salah satu agenda wisata yang dapat anda saksikan di wilayah adat KARAMPUANG adalah
upacara ritual MAPPOGAU SIHANUA (Pesta Satu Kampung),yang pelaksanaanya jatuh
setiap bulan November tahun berjalan.upacara tersebut dihadiri oleh ribuan pengunjung
dari berbagai penjuru,karena dianggap sebagai salah satu rangkaian kegiatan rital dalam
rasa syukur atas keberhasilan meraka dalam melakukan panenya.pesta adat yang
dilaksanakan selama satu minggu tersebut juga mengelar berbagai antraksi seni budaya
tradisional dengan puncak acara upacara di laksanakan di puncak gunung KARAMPUANG.
WISATA ALAM/ARGO
Hutan Bakau (Mangrove)
Terletak di desa TONGKE-TONGKE KEC.SINJAI TIMUR sekitar 7 km dari pusat kota sinjai.
hutan bakau (mangrove) di Tongke-Tongke dalam perkembangannya telah menjadi obyek wisata
yang ramai diminati,baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara,terutama sekali
oleh para ilmuan yang gemar melakukan penelitian,desa tongke-tongke dengan kekakyaan hutan
bakaunya di juluki sebagai laboratorium Bakau Sulawesi Selatan.Pengembangan
hutan bakau yang berlokasi pada pesisir sebelah timur kota Sinjai tersebut memiliki luas
kurang lebih 786 ha,yang di kembangan melalui swadaya masyarakat murni.Berkungjun di hutan bakau
Tongke-Tongke berarti juga akan di hibur oleh aneka jenis bebunyian dan pekikakan satwa
di pagi hari dan depakan sayap ribuan kelelawar,yang bergelantungan di atas pohon bakau
pada siang hari. Air Terjung dan Kolam Permandian Baruttung
Kab.Sinjai terletak di pantai jazirah timur provinsi
Sulawesi Selatan:sekitar 223 km dari kota Makassar
(Kab.Maros). secara geografis Kab.sinjai berada pada5'19'50' sampai 5'36'47' Lintang Selatan dan 199'48'30'
sampai 120'10'00' Bujur Timur.Luas Wilayahnya kurang
lebih 819,96 km2 Didiami oleh penduduk lebih kurang
202.557 jiwa Secara administrasi daerah ini memiliki batas
wilayah sebagai berikut:
-Sebelah Utara dengan Kab.Bone
-Sebelah Timur dengan Teluk Bone
-Sebelah Selatan dengan Kab.Bulukumba
-Sebelah Barat dengan Kab.Gowa
Fisiografi/Morfologi Wilayah
Keadaan Alam Kab.Sinjai terdiri atas 15% daratan
rendah dan 85% lebih berupah daerah perbukitan,
bergelombang hingga pegunungan, di mana sebelah
baratnya terdapat Gunung Bawakaraeng dan Gunung
Lompobattang.
Klimatologi.
Secara Klimatologi Kab.Sinjai terletak pada
posisi iklim timur,di mana musim basah (hujan) jatuh pada bulan
April sampai Okteber dan musim kering (kemarau) jatuh pada bulan
Okteber sampai April.
SEJARAH SINGKAT KAB.SINJAI
Kab.Sinjai mempunyai nilai sejarah tersendiri,
yang membedakannya dengan Kabupaten lain di Provinsi
Sulawesi Selatan.Sejarah daerah ini di awali dengan
terbentuknya Persekutuan kerajaan tellu limpo'e: Tondong,
Bulo-Bulo,Lamatti,serta persekutuan kerajaan Pitu Riwawo Bulu.
Sekalipun dulunya Kab.sinjai berupa Kerajaan namun
watak dan karakter warganya tetap tercermin dari adanya
system pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat.
Komunikasi politik melalui landasan tatanan kesopanan,
"SIPAKATAU" (Saling Menghormati),serta menjunjung nilai-nilai
dari konsep "SIRUI MENRE' TESIRUI NO' (Saling Menarik Keatas,
Pantang Saling Menarik Kebawah).
Sekalipun dari ketiga tersebut tergabung kedalam persekutuan
Kerjaan Tellu Limppo'e,namu pelaksanaan roda pemerintahan
tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa adanya
pertentangan dan peperangan yang terjadi di antara mereka.
Perseketuan Kerajaan Tellu Limppo'e kemudian membangun
sebuah Benteng pertahanan,yang di beri nama BENTENG BALANGNIPA
pada tahun 1557,guna mengantisipasi serangan dari luar.
POTENSI OBJEK WISATA
Kab.Sinjai memiliki potensi dan obyek-obyek parawisata
yang cukup besar untuk di kembangkan;potensi wisata budaya,
wisata alam agro,wisata bahari dengan terumbukarang dan pulau-pulau
kecilnya,serta wisata boga.
Pengembangan keparawisataan di Kab.Sinjai diarahkan untuk
memenfaatkan obyek dan daya tarik wisata dalam bentuk ke-
kayaan alam,flora dan fauna,seni budaya lokal (Tradisional),
dan situs-situs peninggalan sejarah kepurbakalaan.sehingga dengan
demikian,potensi wisata yang di miliki Kab.sinjai tidak kalah menariknya
dengan obyek wisata yang ada di tempat lain yang ada di Indonesia.
WISATA BUDAYA
Benteng Balangnipa
Terletak di kelurahan Balangnipa Kec.Sinjai Utara lebih
kurang 1 km dari pusat kota Sinjai.Benteng Balangnipa di bangun
pada tahun 1557 oleh persetujuan tiga kerajaan,yaitu:
Bulo-bulo,Tondong dan Lamatti,yang di kenal dengan
nama kerajaan Tellu limppo'e.
Pada awal pembangunanya,Benteng Balangnipa hanya
terbuat dari batu gunung yang di ikat dengan lumpur dari sungai
tangka dengan ketebalan dinding 'SIWALI REPPA' (Setengah depa).
Bentuk dan struktur bagunan benteng tersebut adalah segi empat dan
memiliki empat buah bastion (Pertahanan).
Ketika Belanda bermaksud menyerang dan menguasai Sinjai,Benteng
Balangnipa kemudian di jadikan sebagai benteng pertahanan guna
membendung serangan yang di lancarkan oleh Belanda dari teluk
Bone.
Perlawanan Raja-raja dari TELLU LIMPPO'E tersebut
dalam menentang agresi Belanda sangat dasyat sebagaimana dilukiskan
dalam sejarah RUMPA'NA MANGARABOMBANG atau perang
Mangarabombang melawan agresi Belanda tahun 1859-1961.
Karena kekuatan dan peralatang perang kerajaan TELLU LIMPO'E
tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh Belanda,Benteng Balangnipa
akhirnya berhasil di rebut oleh pasukan Belanda pada tahun 1859 melalui
perang MANGARABOMBANG.Setelah Belanda berkuasa diwilayah
persekutuan kerajaan TELLU LIMPPO'E (Kab.Sinjai Sekarang),
Benteng Balangnipa di pergunakan untuk membendung,baik serangan
dari orang-orang pribumi persekutuan Kerajaan TELLU LIMPPO'E
maupun serangan dari kerajaan lainya.
Pada tahun 1864 Benteng Balangnipa direnovasi oleh Belanda dengan
menggunakan sentuhan arsitektur eropa dan selesai pada tahun 1868 (Dengan-
Bentuk Seperti Sekarang).
Benteng Balangnipa hingga saat ini tetap terpelihara sebagai salah satu
situs peninggalan sejarah kepurbakalaan dan dipergunakan sebagai
Museum dan Pembinaan Budaya dan Arena Seni Budaya Tradisional.
Situs Peninggalan Batu Pake Gojeng
Terletak di Kelurahan Biringere Kec.Sinjai Utara lebih kurang 2 km
dari pusat Kota Sinjai.Batu Pake berarti batu yang di pahat ,sedang Gojeng
adalah nama tempat atau lokasi di mana batu pahat tersebut di temukan.
Di bawah batu pahat tersebut terdapat kuburan batu,sehingga masyarakat
setempat lebih mengenal lokasi tersebut sebagai kuburan batu.Ketika
dilakukan penggalian penyelamatan (Rescue Excavation) pada tahun 1982,
di kawasan Batu Pake Gojeng ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya
(BCB) bergerak seperti Keramik dan pecahan-pecahanya,yang diperkirakan
berasal dari Dinasti Ming,Fosil Kayu dan Peti Mayat.
Dari punyak bukit Batu Pake Gojeng ini anda dapat menyasikan pusat kota
Kab.Sinjai dengan panorama alam yang indah dilatar belakangi oleh hijaunya
pertumbuhan hutan bakau (Mangrove) di TONGKE-TONGKE dan deretan
pulau-pulau sembilan (Gugusan Pulau-pulau Kecil).
Rumah Adat Purba Karampuang
Terletak di Desa Tompubulu Kec.Bulupoddo lebih kurang 30 km dari
pusat Kota Sinjai.Karampuang adalah nama dari sebuah dusun/kampung yang
memiliki sejarah dan kebudayaan unik,yang keaslianya tetap di pelihara hingga
saat sekarang ini.Lokasi dan tempat bermukim para pendukung budaya KARAMPUANG
di anggap sebagai suatu wilayah Adat KARAMPUANG,di dalamnya berdiri dengan kokoh
dua buah rumah adat berarsitektur BUGIS KUNO.salah satunya didiami oleh TO MATOA
(Raja) dan yang satunya lagi didiami oleh GELLA (Kepala Pemerintahan Adat).
Rumah adat KARAMPUANG pada dasarnya menyimbolkan perempuan dengan
pola penbuatanya tetap bernuansa tradisional.Untuk merenovasi atau mengganti
salah satu tiang atau Alat-alat penting dari rumah adat tersebut,ramuan kayunya
harus di ambil dari dalam hutan kawasan adat,Kayu-kayu tersebut harus di tarik
dan di pantang sekali pikul.upacara pengangkutan kayu dari dalam hutan kekawasan
rumah adat dikenal dengan nama upacara adat MADDUI'K.
Bentuk ke unikan lainnya,terutama karena dalam wilayah adat KARAMPUANG
tersebut masih terdapat Perangkat-perangkat adat yang lengkap dan utuh,
yang masih tetap di pertahankan dan tetap berfungsi turun temurun hingga saat ini.
Kehidupan sosial masyarakatnya hingga saat ini masih tetap asli dan exis,sekalipun
sejak dari dahulu kala meraka tidak pernah menutup diri dari terpaan hembusan angin
keterbukaan zaman (Globasisasi).dari sepuluh LONTARAK (Naskah Tua)
yang masih dipegang oleh dewan adat KARAMPUANG mengambarkan,bahwa keberadaan
(Cikal Bakal) manusia pertama (TO MANURUNG) di Sinjai dan sekitarnya berasal dari
KARAMPUANG,yang di kenal dengan nama KARANGPULU'E.
sempat tersebut juga digambarkan sebagai tempat pertemuan antara KARAENG
(Makassar) dan PUANG (Bugis),sehingga tempat tersebut di beri nama KARAENG PUANG
yang akhirnya berasilimisasi menjadi KARAMPUANG.
salah satu agenda wisata yang dapat anda saksikan di wilayah adat KARAMPUANG adalah
upacara ritual MAPPOGAU SIHANUA (Pesta Satu Kampung),yang pelaksanaanya jatuh
setiap bulan November tahun berjalan.upacara tersebut dihadiri oleh ribuan pengunjung
dari berbagai penjuru,karena dianggap sebagai salah satu rangkaian kegiatan rital dalam
rasa syukur atas keberhasilan meraka dalam melakukan panenya.pesta adat yang
dilaksanakan selama satu minggu tersebut juga mengelar berbagai antraksi seni budaya
tradisional dengan puncak acara upacara di laksanakan di puncak gunung KARAMPUANG.
WISATA ALAM/ARGO
Hutan Bakau (Mangrove)
Terletak di desa TONGKE-TONGKE KEC.SINJAI TIMUR sekitar 7 km dari pusat kota sinjai.
hutan bakau (mangrove) di Tongke-Tongke dalam perkembangannya telah menjadi obyek wisata
yang ramai diminati,baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara,terutama sekali
oleh para ilmuan yang gemar melakukan penelitian,desa tongke-tongke dengan kekakyaan hutan
bakaunya di juluki sebagai laboratorium Bakau Sulawesi Selatan.Pengembangan
hutan bakau yang berlokasi pada pesisir sebelah timur kota Sinjai tersebut memiliki luas
kurang lebih 786 ha,yang di kembangan melalui swadaya masyarakat murni.Berkungjun di hutan bakau
Tongke-Tongke berarti juga akan di hibur oleh aneka jenis bebunyian dan pekikakan satwa
di pagi hari dan depakan sayap ribuan kelelawar,yang bergelantungan di atas pohon bakau
pada siang hari. Air Terjung dan Kolam Permandian Baruttung
Terletak
di kelurahan Sangiasseri Kec.Sinjai Selatan kuaran lebih 25 km dari
pusat kota SINJAI .Air tejun dan kolam permandian baruttung berada di ibukota
Kec.Sinjai Selatan 700 meter dari jalan poros Makassar Sinjai.Obyek wisata tersebut memiliki panorama alam yang amat indah dengan kesejukan udara perbukitan.Pada bulan
Maret sampai dengan Mei setiap tahunnya
anda dapat menikmati manisnya aneka
jenis buah-buahan hasil panen masyarakat sekitar,seperti:Durian otong,Rambutan
lengkeng,Manggis dan Langsat.Di sampin itu setiap pagi maupun sore anda
dapat meniknati hangatnya sentuhan air
kolam permandian,yang di bangun dengan menggunakan Arsitektur Nasional.Tidak
jauh dari air terjung tersebut anda dapat pula menyaksikan ikan belut (besar)
di Sungai Bejo.Obyek wisata ikan Belut tersebut
banyak diminati oleh Wisatawan lokal dan Nusantara.
Air Terjung Kembar Batu Bara'e
Terletak di desa Barambang-Batu Belerang Kec.Sinjai Borong seiktar 40 km dari pusat kota sinjai.Disebut Air Terjung Kembar karena terdapat dua Air terjung yang berdampingan dengan jarak antara keduanya hanya sekitar 60 meter.ketingiaan masing-masing air terjung tersebut adalah sekitar 40 dan 45 meter.Batu Bara'e (Bahasa Makassar) berarti "KANDANG BINATANG" yang terbuat dari batu.Konon tempat tersebut,pada zaman dahulu kala merupakan tempat pengandagan seekor KERBAU RAKSASA.Air terjun ini terletak pada ketinggian 800 meter dari permukaan laut dengan udara yang sangat sejuk atau dingin,sehingga pada pagi dan sore hari kawasan ini kadang-kadang tertutupi oleh kabut tebal tempat tersebut di kelilingi oleh pegunungan,sehingga sangat tepat untuk di jadikan sebagai arena camping.
Air Terjung Barania Dan Panorama Alam
Terletak di desa Barania kec.Sinjai Barat pada jalur lintas Sinjai - Malino (Kab.Gowa),Kecamatan Sinjai Barat pada umumnya memiliki keindahan alam pegunungan,karena berada di kaki gunung BAWAKARAENGdengan ketinggian sekitar 750 meter dari pemukaan laut.Di samping air terjun Barania,kec.Sinjai Barat yang terkenal dengan pengembangan Hortikulturalnya juga memiliki potensi lain yang tak kalah menariknya,seperti:Perkebunan,Penggolahan Markisa segar,Kol,Sawi,Buncis,Wortel dan Kopi Arabika.
Di samping itu anda juga dapat menyaksikan acara ziarah ke kompleks Makam Raja-Raja Turungeng,Makam Srikandi Balakia dan pusat pengembangan peternak sapi perah.